Hai mom, apa kabar? Hampir 9
bulan, kita tidak bertemu face to face, semoga mama bahagia ya di rumah Bapa
sana, so many things happen lately, aku kangen kita curhat-curhatan lagi
seperti dulu, sambil tiduran di kamarku, dan aku menyentuh tangan mama yang
hangat, aku menggenggamnya dan mama membalasnya menggenggam tanganku erat,
jemari kita saling bertautan dan beberapa saat genggaman hangat itu saling menguatkan,
seolah berbicara dengan keyakinan yang lantang bahwa everything its gonna be
alright, we can fix it.
Aku kangen malam-malam yang
nyaman, ketika mama duduk di sofa dan aku membasuh kaki mama dengan air hangat
dalam ember, membersihkan jemari kaki dan kuku-kuku mama, lalu memulasnya
dengan cat kuku warna merah tua, atau coklat tua, warna-warna kesukaan mama,
hal itu sangat menyenangkan.
Aku kangen kita duduk berdoa
bersama, kangen parah mendengar suaramu, dan mendengar mama menyebut namaku
dalam untaian doa itu, sekarang aku hanya bisa mengulang rekaman doa terakhir
yang mama ucapkan di rekaman handphone, 3 hari sebelum mama kembali ke rumah
Bapa. Dan mama sempat mendoakan yang terbaik untukku, yang nilainya melebihi
seluruh cinta di dunia.
Aku kangen when you are texting
me, ketika aku berpergian ke luar kota, “cantik, sudah sampai mana?” perhatian
yang takkan tergantikan oleh siapapun juga, sapaan yang membuatku merasa aku
adalah putri mama tercantik sedunia. I’m proud to have you in my life.
Aku kangen kita pergi ke gereja
bersama, ahhhh... how i miss that time, rasa kangen itu mengegebu-gebu ketika
membuka lemari mama dan menyentuh pakaian-pakaian yang biasa mama pakai ke
gereja, dan ketika merapikan sepatu-sepatu mama dirak, suatu kali aku pernah
memakai sepatu mama ke gereja, dulu ukuran kaki kita sama, tapi kemarin
ternyata sepatu wedges putih mama mulai sempit dikakiku, tapi aku tak peduli,
aku tetap pakai sepatunya, dan merasa ada bagian dari dirimu ikut aku ke gereja
kala itu.
Gereja yang mama perkenalkan semenjak
aku kecil, tempat aku bertumbuh, duduk di bangku gereja, ada kenangan-kenangan berkelebat yang membuatku
tersenyum, waktu kecil dibangku barisan itu aku pernah ketiduran dipangkuan
mama, di bangku barisan itu juga mama pernah memberiku permen dan
cemilan-cemilan dalam kantong kecil berwarna merah muda berenda dengan motif
bunga-bunga supaya aku tidak rewel, ya aku memang tidak pernah rewel, aku
selalu menikmati saat-saat seperti itu bersama mama, rasanya manis, semanis
permen yang aku kulum.
Di bangku barisan itu juga mama
duduk melihatku perform untuk perayaan natal, melantunkan pujian, menari, bermain drama,
melihat aku disidi, melihat pelayanan-pelayananku, dari depan aku mencari
tatapan matamu, dan mama melihatku dengan tatapan hangat sehangat matahari
yang penuh kepercayaan.
Dan setiap aku terbangun dipagi
hari, merasakan hangatnya sentuhan matahari pagi di permukaan kulitku, aku
selalu menyadari, mama selalu ada disana mengharapkan yang terbaik untukku. Dan
aku akan mengucapkan I love you mom, like usually when you wake up in the
morning, sampai nanti kita bertemu lagi,
ketika waktunya kita bisa sama-sama berkumpul dan berpelukan kembali di rumah
Bapa.
No comments:
Post a Comment