Friday, February 10, 2012

I See The Sun Radiating Blue


Catatan Bara Kusumadewa , Februari 2010
Baby says she’s dying to meet you
Take you off and make your blood hum
And tremble like the fairground lights…
-       Baby Says, The Kills -

Aku pulang cepat dari kantor mengendarai holden premiere biruku  menuju uluwatu, cuaca Bali sore itu cerah, ombak juga lagi bagus sangat menggoda untuk diarungi dengan papan selancarku.
Iya surfing sudah menjadi duniaku, berkat disiplin dan latihan rutin aku berhasil meraih juara tournament surfer pro di Aussie bulan Januari lalu. Sebetulnya aku mulai resah ingin membagi sepenggal kebahagiaan itu semenjak masih di Aussie denganmu, tapi tak pernah ada kesempatan, handphone yang selalu dimatikan, sms yang tak pernah dibalas, Tiba-tiba aku ingin menikmati waktuku bersama denganmu, menikmati ketika kamu memilih untuk mencintaiku, sebegitu inginnya sampai aku menandai dirimu di tubuhku, iya di Aussie sana aku menato bagian punggungku dengan huruf kanji “Aozora” namamu yang berarti biru. Tapi kau tak pernah tau. Seandainya saja kamu mau aku ingin mengulangnya dari awal, meski sekarang situasinya menjadi sulit dan rumit.
Aku duduk diatas selancar yang mengapung dilautan dalam keheningan, menunggu gulungan ombak. Dulu kita pernah sama-sama seperti ini duduk bersisian diatas selancar masing-masing yang mengapung dilautan, karena jika kamu sedang berada di Bali kamu selalu menemaniku latihan surfing hingga surya beranjak tenggelam dan langit merona jingga, but now i see the sun was radiating blue, oh maybe its just a case of too much missing u?
Iya kamu Ryumanda Aozora yang diam-diam mencuri hati.
Aku harap kamu menutup mata atas kelakuan ku dulu, menutup mata atas hal yang tidak ingin kau lihat dengan kelakuan nakalku dulu, bulan Desember 2009 aku masih ingat benar menjelang natal, karena lagu Santa Claus is comin to town sayup-sayup terdengar ketika melewati gereja, dan kami usai merayakan selesainya pembuatan iklan perdanaku dimana aku menjadi bintangnya, sebuah produk rokok yang bertema Adrenalin junkie, dan aku main surfing didalam iklannya, semua team produksi sudah berkumpul di club kecuali kamu, aku pikir kamu tidak datang karena masih ada kerjaan, dan kami sudah terlalu mabuk, dan jahilku muncul ketika bermain trick or treat aku mencium bibir temanmu, yang tanpa aku sangka kamu sudah hadir disana melihat dengan matamu sendiri. Kamu tak banyak bicara, tapi aku tau aku telah menyakitimu.
Yang jelas malam itu kamu yang pegang setir holden biruku kembali ke rumah di ubud, karena aku terlalu mabuk, dan meski kamu tau aku mabuk kamu tetap saja menanyaiku
“sampe kapan sih kamu berhenti berlayar kesana kemari?”
“sampai aku puas berlayar” balasku sambil tertawa maksudku bercanda karena kamu malam itu terlalu serius
Tapi kamu malah marah-marah mendengar jawabanku
“kalau gitu bisa gak bukan dengan seseorang yang aku kenal atau emang kamu gak tahan ngegodain semua mahluk yang berlabel perempuan”
Aku mulai kesal dan membentakmu
‘’bukan hak kamukan ngatur-ngatur aku dekat dengan perempuan siapa!”
Kamu diam. Aku tau kamu kesal, malam itu kamu hypersensitif, mungkin kamu lagi PMS.
Besoknya matamu sedih tidak seceria biasanya, aku mengantarmu ke bandara kembali ke Jakarta, kita tak banyak bicara seolah kelu, hanya ucapan pamit tanpa pelukan perpisahan atau senyuman dengan mata berbinar seperti biasa, kamu begitu cepat berbalik pergi, sehingga rasanya ingin berlari merengkuhmu ketika menatap punggungmu yang menjauh supaya kamu tidak kemana-mana lagi. Tapi kenyataannya ego menahan kakiku untuk diam. Tapi kemudian kamu berbalik, i see u cry dan kamu berkata ini “u know how much i feel about u, dan aku gak perlu omongin lagi, kamu tau ketika aku dapat job iklan itu aku langsung kepikiran kamu untuk jadi salah satu model iklannya, karena aku pengen kamu bisa menjadi bagian dari dunia aku, aku pengen shootingnya di Bali karena aku bisa ketemu ama kamu, sama-sama dengan kamu, tapi yang aku temuin cuma lelah” lalu dia beranjak pergi.
“Ryu, im sorry I didnt mean to hurt you, im sorry if i make u cry” shitt aku memaki diriku sendiri.
Semenjak itu ada yang kosong, kamu mulai menjauh ketika aku ke Aussie aku ingin mendengar ketawamu, apakah kamu baik-baik saja, tapi teleponku selalu direject, ym, e-mail, smspun tidak dibalas, aku cuma bilang mau minta maaf. Tapi ketika melihat akun facebookmu, u look so happy with your life dengan orang-orang yang menyayangimu, setidaknya itu bisa membuat aku sedikit tenang.
Maaf untuk tidak pernah tegas menyatakan perasaanku padamu, maaf karena egoku selalu menahanku, selalu ada sebab akibat dengan tindakanku selama ini, kenapa aku selalu menjaga sikap, menjaga jarak untuk tidak terlalu larut denganmu karena kamu tau ketika umur enam tahun aku diangkat oleh om dan tante kamu sebagai anak angkat, dulu aku anak jalanan yang besar di kuta tak terurus yang bisanya minta-minta, sampai tak segan mencopet, dan akupun kena batunya karena yang aku copet ternyata om kamu, aku dijebloskan dipenjara beberapa hari untuk memberi efek jera, setelah itu om kamu membebaskanku, ketika om tau aku anak yatim, om mengangkatku sebagai anak. Mulai saat itu aku tinggal bersama om dan tante kamu, om yang aku panggil ayah mulai mengajariku hal-hal yang positif, bagaimana berusaha untuk berdiri dikaki sendiri, aku disekolahkan dan diberi modal untuk mencari tambahan jajan sendiri, aku jualan asongan dari situ kelak aku bisa beli papan selancar sendiri, dan berinteraksi dengan turis-turis asing yang memperlancar bahasa asingku, hingga aku bisa menguasai tiga bahasa asing, kehidupan anak pantai tak lepas dari ku, dengan bakat surfingku banyak turis-turis yang belajar surfing, diantaranya bule-bule perempuan yang mungkin kamu anggap mereka perempuan yang hilir mudik dalam kehidupanku, aku tau kamu cemburu, wajar. Kamu mengenaliku sedari awal, tau latar belakangku seperti apa, ketika pertama diperkenalkan denganmu, waktu itu kamu sedang berlibur diBali, aku iri karena kamu dikelilingi orang tua yang utuh, om serta tante yang mengasihimu, ketika bertemu pertama kali aku selalu ketus, tapi kamu dengan manik mata jenaka begitu ramah menyambutku, tatapan kamu masa kanak itu membuat aku luluh, kamu tak pernah membedakan dan mempersoalkan aku sebagai saudara angkat, oleh karena itu aku menyayangimu dengan tulus.
Kamu juga merasa nyaman, makanya setiap liburan kamu selalu datang keBali, seperti satelit yang mengitari bumi, kalau kamu lagi ada di Bali, kamu selalu mengikuti kemana aku pergi, surfing, diving, naik motor trail, trekking, semua hal yang memacu adrenallin kamu ikuti, semakin beranjak dewasa aku mulai khawatir, dan mulai memproteksi kamu dari kehidupan anak pantai yang rentan dari kehidupan malam, sex bebas, dan hal negatif lainnya. Mungkin awalnya dari sikap menjaga dan mengasihi kamu secara berlebihan itu yang akhirnya memancing kamu untuk mencintaiku. Kamu mengungkapkannya disuatu sore menjelang senja ketika kita terapung diatas selancar masing-masing menunggu ombak yang bagus. Dan kamu tau aku tidak begitu pandai merangkai kata jika berhadapan denganmu, makanya aku menciummu diantara senja keemasan itu.
Dan Akhirnya Ibu bisa melihat perasaan yang berkembang diantara aku dan kamu, suatu malam ketika kamu kembali ke jakarta ibu mengajakku bicara, intinya menekankan bahwa kamu itu adik aku, sudah sepatutnya aku menjaga dan melindungi kamu seperti adik aku sendiri. Dan sebagai rasa penghargaan dan penghormatanku terhadap Ayah dan Ibu yang sudah mengangkat aku menjadi anaknya, mengangkat harkatku. Aku mencoba memberi batasan terhadap perasaan-perasaanku sendiri, termasuk terhadap kamu.
***

14 Februari 2010 aku ke Jakarta aku ingin bertemu, banyak hal yang ingin ku katakan, tapi aku tidak menemukanmu, kamu bilang kamu sedang ada kerjaan di luar kota, dan aku mencoba berkompromi dengan hal itu, meski ada sepi yang menggigit didalam hati, lalu aku menitipkan seekor anak anjing red poodle mini pada tetanggamu, untuk diberikan kepadamu kalau kamu pulang,  aku tau kamu suka anjing, dan aku ingin berbagi sedikit bahagia, lewat anak anjing itu, karena kita tidak sempat berbagi bahagia ketika aku meraih kemenangan tournament surfingku di Aussie.
*cerita ini pernah dipublikasikan dalam #11projects11days oleh www.nulisbuku.com

No comments:

Post a Comment