Wednesday, February 22, 2012

One of Wonderfull Things & The Suzanne Collins Trilogy


Just read this trilogy book The Hunger Games, Catching Fire & Mockingjaynya Suzzane Collins. Gara-gara baca salah satu post temen blogger disini, yang ngebahas buku ini. 


Ya rada telat emang baca buku suzzane collins ini, karena film The Hunger games udah mau realease bulan maret nanti, gak seperti dulu waktu Harry potter, Eat Pray Love, Memoirs of Geisha, dan masih banyak lagi, lupa, sebelum novelnya difilmkan, udah baca novelnya jauh-jauh hari. This is a lil’bit exhausting, after my mom past away, hampir hobi baca novel menurun drastis dan disibukan dengan prioritas yang lain, jadi trilogy Suzanne Collins ini semacam relaksasi dari masa-masa itu, and i feel better.
Jujur aza gak terlalu jago untuk bikin resensi buku, karena lebih jelasnyakan udah ada di wikipedia, tapi untuk jadi story tellernya, ayo aja, btw kalo membahas cerita novel ada pendengar setia cerita-cerita saya kalau selesai baca Novel, that is my brother, iya dia bisa sebegitu setia dan curious dengerin cerita saya, sampai akhirnya dia jadi penasaran dan ikut baca, begitu juga sebaliknya, my brother, dia pencerita yang baik, saya dan dia semacam simbiosis mutualisme yang memberikan kehangatan dalam keluarga dengan bercerita, Thats one of wonderful things i have  in my family.

Back to the novel, baca bagian pertama dari Trilogy ini, The Hunger Games, inti ceritanya mirip sekali dengan film Battle Royale I & II, film jepang yang pernah di tonton jaman kuliah, ketika baca di wikipedia, ternyata memang benar dan sempat menjadi kontroversi, meski Suzanne mengelak itu, ya memang cerita novelnya di kemas lebih menarik, modern dan full konflik.
 

Sampai akhirnya baca bagian keduanya Catching Fire, novel ini langsung menarik perhatian, karena ceritanya mulai mengalir dan berdiri sendiri jauh dari The Battle Royale, saya suka emosi yang melibatkan 3 tokoh favorit saya, antara Katnis everdeen, Peeta and Gale. (oh ada juga tokoh selewat yang karakternya kuat, roe and chinna, u should read it if u wanna know) Sampai tak terasa Novel ke dua udah tamat begitu aja, dan lanjut ke novel yang ketiga, 

Di novel Mockingjay ini ada sedikit ketidak puasan buat saya karena endingnya kurang mengigit *tsahhhh kalimatnya menggigit gituh, kata lainnya mungkin kurang greget, alur cepat dan dibahas cuma kilasan-kilasannya saja bikin gemes seakan penulis emang pengen cepet-cepet namatin endingnya. But overall tetap menarik kok, dan masih tetap penasaran sama filmnya, moga-moga semenarik di novelnya ya, btw udah pernah baca trilogy novel ini bloggers?

I'll carry you, you'll carry me...



Daydream, delusion, limousine, eyelash / Oh baby with your pretty face / Drop a tear in my wineglass / Look at those big eyes / See what you mean to me / Sweet-cakes and milkshakes / I'm a delusion angel / I'm a fantasy parade / I want you to know what I think / Don't want you to guess anymore / You have no idea where I came from / We have no idea where we're going / Lodged in life / Like branches in a river/ Flowing downstream / Caught in the current / I'll carry you / You'll carry me / That's how it could be / Don't you know me? / Don't you know me by now?

~Before Sunrise~

Friday, February 17, 2012

Dear Mom....

If in the twilight of memory we should meet once more, we shall speak again together and you shall sing to me a deeper song...
~Kahlil Gibran~

 

A Prayer

Every question I ask is about you. Every step I take is toward you. When I am with you, everything is a prayer. ~Rumi~



i'm glowing because you're shining on me


you keep me a float


Wednesday, February 15, 2012

Have you read more than 6 of these books?


Have you read more than 6 of these books?
The BBC believes most people will have read only 6 of the 100 books on this list.
1. Lord of the Rings, JRR Tolkein
2. Pride and Prejudice, Jane Austen
3. His Dark Materials, Philip Pullman
4. Hitchhiker’s Guide to the Galaxy, Douglas Adams
5. Harry Potter and the Goblet of Fire, JK Rowling
6. To Kill a Mockingbird, Harper Lee
7. Winnie the Pooh, AA Milne
8. Nineteen-Eighty-Four, George Orwell
9. The Lion, the Witch and the Wardrobe, CS Lewis
10. Jane Eyre, Charlotte Bronte
11. Catch-22, Joseph Heller
12. Wuthering Heights, Emily Bronte
13. Birdsong, Sebastian Faulks
14. Rebecca, Daphne du Maurier
15. The Catcher in the Rye, JD Salinger
16. The Wind in the Willows, Kenneth Graham
17. Great Expectations, Charles Dickens
18. Little Women, Louisa May Alcott
19. Captain Corelli’s Mandolin, Louis de Bernieres
20. War and Peace, Leo Tolstoy
21. Gone with the Wind, Margaret Mitchell
22. Harry Potter and the Philosopher’s Stone, JK Rowling
23. Harry Potter and the Chamber of Secrets, JK Rowling
24. Harry Potter and the Prisoner of Azkaban, JK Rowling
25. The Hobbit, JRR Tolkien
26. Tess of the Durbervilles, Thomas Hardy
27. Middlemarch, George Eliot
28. A Prayer for Owen Meany, John Irwin
29. The Grapes of Wrath, John Steinbeck
30. Alice’s Adventures in Wonderland, Lewis Carroll
31. The Story of Tracy Beaker, Jacqueline Wilson
32. One Hundred Years of Solitude, Gabriel Garcia Marquez
33. The Pillars of the Earth, Ken Follett
34. David Copperfield, Charles Dickens
35. Charlie and the Chocolate Factory, Roald Dahl
36. Treasure Island, Robert Louis Stevenson
37. A Town Like Alice, Nevil Shute
38. Persuasion, Jane Austen
39. Dune, Frank Herbert
40. Emma, Jane Austen
41. Anne of Green Gables, LM Montgomery
42. Watership Down, Richard Adams
43. The Great Gatsby, F Scott Fitzgerald
44. The Count of Monte Cristo, Alexandre Dumas
45. Brideshead Revisited, Evelyn Waugh
46. Animal Farm, George Orwell
47. A Christmas Carol, Charles Dickens
48. Far From the Madding Crowd, Thomas Hardy
49. Goodnight Mister Tom, Michelle Magorian
50. The Shell Seekers, Rosamunde Pilcher
51. The Secret Garden, Frances Hodgson Burnett
52. Of Mice and Men, John Steinbeck
53. The Stand, Stephen King
54. Anna Karenina, Leo Tolstoy
55. A Suitable Boy, Vikrem Seth
56. The BFG, Roald Dahl
57. Swallows and Amazons, Arthur Ransome
58. Black Beauty, Anna Sewell
59. Artemis Fowl, Eoin Colfer
60. Crime and Punishment, Fyodor Dostoyevsky
61. Noughts and Crosses, Malorie Balckman
62. Memoirs of a Geisha, Arthur Golden
63. A Tale of Two Cities, Charles Dickens
64. The Thorn Birds, Colleen McCollough
65. Mort, Terry Pratchett
66. The Magic Faraway Tree, Enid Blyton
67. The Magus, John Fowles
68. Good Omens, Terry Pratchett and Neil Gaiman
69. Guards! Guards!, Terry Pratchett
70. Lord of the Flies, William Golding
71. Perfume, Patrick Suskind
72. The Ragged Trousered Philanthropists, Robert Tressell
73. Night Watch, Terry Pratchett
74. Matilda, Roald Dahl
75. Bridget Jones’ Diary, Helen Fielding
76. The Secret History, Donna Tartt
77. The Woman in White, Wilkie Collins
78. Ulysses, James Joyce
79. Bleak House, Charles Dickens
80. Double Act, Jacqueline Wilson
81. The Twits, Roald Dahl
82. I Capture the Castle, Dodie Smith
83. Holes, Louis Sachar
84. Gormenghast, Mervyn Peake
85. The God of Small Things, Arundhati Roy
86. Vicky Angel, Jacqueline Wilson
87. Brave New World, Aldous Huxley
88. Cold Comfort Farm, Stella Gibson
89. Magician, Raymond E Feist
90. On the Road, Jack Kerouac
91. The Godfather, Mario Puzo
92. The Clan of the Cave Bear, Jean M Auel
93. The Colour of Magic, Terry Pratchett
94. The Alchemist, Paulo Coelho
95. Katherine, Anna Seton
96. Kane and Abel, Jeffrey Archer
97. Love in the Time of Cholera, Gabriel Garcia Marquez
98. Girls in Love, Jacqueline Wilson
99. The Princess Diaries, Meg Cabot
100. Midnight’s Children, Salmon Rushdie

14 out of 100. well at least it's more than 6! LOL

Saturday, February 11, 2012

How are you mom? I miss you...



Hai mom, apa kabar? Hampir 9 bulan, kita tidak bertemu face to face, semoga mama bahagia ya di rumah Bapa sana, so many things happen lately, aku kangen kita curhat-curhatan lagi seperti dulu, sambil tiduran di kamarku, dan aku menyentuh tangan mama yang hangat, aku menggenggamnya dan mama membalasnya menggenggam tanganku erat, jemari kita saling bertautan dan beberapa saat genggaman hangat itu saling menguatkan, seolah berbicara dengan keyakinan yang lantang bahwa everything its gonna be alright, we can fix it.
Aku kangen malam-malam yang nyaman, ketika mama duduk di sofa dan aku membasuh kaki mama dengan air hangat dalam ember, membersihkan jemari kaki dan kuku-kuku mama, lalu memulasnya dengan cat kuku warna merah tua, atau coklat tua, warna-warna kesukaan mama, hal itu sangat menyenangkan.
Aku kangen kita duduk berdoa bersama, kangen parah mendengar suaramu, dan mendengar mama menyebut namaku dalam untaian doa itu, sekarang aku hanya bisa mengulang rekaman doa terakhir yang mama ucapkan di rekaman handphone, 3 hari sebelum mama kembali ke rumah Bapa. Dan mama sempat mendoakan yang terbaik untukku, yang nilainya melebihi seluruh cinta di dunia.
Aku kangen when you are texting me, ketika aku berpergian ke luar kota, “cantik, sudah sampai mana?” perhatian yang takkan tergantikan oleh siapapun juga, sapaan yang membuatku merasa aku adalah putri mama tercantik sedunia. I’m proud to have you in my life.
Aku kangen kita pergi ke gereja bersama, ahhhh... how i miss that time, rasa kangen itu mengegebu-gebu ketika membuka lemari mama dan menyentuh pakaian-pakaian yang biasa mama pakai ke gereja, dan ketika merapikan sepatu-sepatu mama dirak, suatu kali aku pernah memakai sepatu mama ke gereja, dulu ukuran kaki kita sama, tapi kemarin ternyata sepatu wedges putih mama mulai sempit dikakiku, tapi aku tak peduli, aku tetap pakai sepatunya, dan merasa ada bagian dari dirimu ikut aku ke gereja kala itu.
Gereja yang mama perkenalkan semenjak aku kecil, tempat aku bertumbuh, duduk di bangku gereja, ada  kenangan-kenangan berkelebat yang membuatku tersenyum, waktu kecil dibangku barisan itu aku pernah ketiduran dipangkuan mama, di bangku barisan itu juga mama pernah memberiku permen dan cemilan-cemilan dalam kantong kecil berwarna merah muda berenda dengan motif bunga-bunga supaya aku tidak rewel, ya aku memang tidak pernah rewel, aku selalu menikmati saat-saat seperti itu bersama mama, rasanya manis, semanis permen yang aku kulum.
Di bangku barisan itu juga mama duduk melihatku perform untuk perayaan natal, melantunkan pujian, menari,  bermain drama, melihat aku disidi, melihat pelayanan-pelayananku, dari depan aku mencari tatapan matamu, dan mama melihatku dengan tatapan hangat sehangat matahari yang penuh kepercayaan.
Dan setiap aku terbangun dipagi hari, merasakan hangatnya sentuhan matahari pagi di permukaan kulitku, aku selalu menyadari, mama selalu ada disana mengharapkan yang terbaik untukku. Dan aku akan mengucapkan I love you mom, like usually when you wake up in the morning, sampai nanti kita bertemu  lagi, ketika waktunya kita bisa sama-sama berkumpul dan berpelukan kembali di rumah Bapa.


Friday, February 10, 2012

I See The Sun Radiating Blue


Catatan Bara Kusumadewa , Februari 2010
Baby says she’s dying to meet you
Take you off and make your blood hum
And tremble like the fairground lights…
-       Baby Says, The Kills -

Aku pulang cepat dari kantor mengendarai holden premiere biruku  menuju uluwatu, cuaca Bali sore itu cerah, ombak juga lagi bagus sangat menggoda untuk diarungi dengan papan selancarku.
Iya surfing sudah menjadi duniaku, berkat disiplin dan latihan rutin aku berhasil meraih juara tournament surfer pro di Aussie bulan Januari lalu. Sebetulnya aku mulai resah ingin membagi sepenggal kebahagiaan itu semenjak masih di Aussie denganmu, tapi tak pernah ada kesempatan, handphone yang selalu dimatikan, sms yang tak pernah dibalas, Tiba-tiba aku ingin menikmati waktuku bersama denganmu, menikmati ketika kamu memilih untuk mencintaiku, sebegitu inginnya sampai aku menandai dirimu di tubuhku, iya di Aussie sana aku menato bagian punggungku dengan huruf kanji “Aozora” namamu yang berarti biru. Tapi kau tak pernah tau. Seandainya saja kamu mau aku ingin mengulangnya dari awal, meski sekarang situasinya menjadi sulit dan rumit.
Aku duduk diatas selancar yang mengapung dilautan dalam keheningan, menunggu gulungan ombak. Dulu kita pernah sama-sama seperti ini duduk bersisian diatas selancar masing-masing yang mengapung dilautan, karena jika kamu sedang berada di Bali kamu selalu menemaniku latihan surfing hingga surya beranjak tenggelam dan langit merona jingga, but now i see the sun was radiating blue, oh maybe its just a case of too much missing u?
Iya kamu Ryumanda Aozora yang diam-diam mencuri hati.
Aku harap kamu menutup mata atas kelakuan ku dulu, menutup mata atas hal yang tidak ingin kau lihat dengan kelakuan nakalku dulu, bulan Desember 2009 aku masih ingat benar menjelang natal, karena lagu Santa Claus is comin to town sayup-sayup terdengar ketika melewati gereja, dan kami usai merayakan selesainya pembuatan iklan perdanaku dimana aku menjadi bintangnya, sebuah produk rokok yang bertema Adrenalin junkie, dan aku main surfing didalam iklannya, semua team produksi sudah berkumpul di club kecuali kamu, aku pikir kamu tidak datang karena masih ada kerjaan, dan kami sudah terlalu mabuk, dan jahilku muncul ketika bermain trick or treat aku mencium bibir temanmu, yang tanpa aku sangka kamu sudah hadir disana melihat dengan matamu sendiri. Kamu tak banyak bicara, tapi aku tau aku telah menyakitimu.
Yang jelas malam itu kamu yang pegang setir holden biruku kembali ke rumah di ubud, karena aku terlalu mabuk, dan meski kamu tau aku mabuk kamu tetap saja menanyaiku
“sampe kapan sih kamu berhenti berlayar kesana kemari?”
“sampai aku puas berlayar” balasku sambil tertawa maksudku bercanda karena kamu malam itu terlalu serius
Tapi kamu malah marah-marah mendengar jawabanku
“kalau gitu bisa gak bukan dengan seseorang yang aku kenal atau emang kamu gak tahan ngegodain semua mahluk yang berlabel perempuan”
Aku mulai kesal dan membentakmu
‘’bukan hak kamukan ngatur-ngatur aku dekat dengan perempuan siapa!”
Kamu diam. Aku tau kamu kesal, malam itu kamu hypersensitif, mungkin kamu lagi PMS.
Besoknya matamu sedih tidak seceria biasanya, aku mengantarmu ke bandara kembali ke Jakarta, kita tak banyak bicara seolah kelu, hanya ucapan pamit tanpa pelukan perpisahan atau senyuman dengan mata berbinar seperti biasa, kamu begitu cepat berbalik pergi, sehingga rasanya ingin berlari merengkuhmu ketika menatap punggungmu yang menjauh supaya kamu tidak kemana-mana lagi. Tapi kenyataannya ego menahan kakiku untuk diam. Tapi kemudian kamu berbalik, i see u cry dan kamu berkata ini “u know how much i feel about u, dan aku gak perlu omongin lagi, kamu tau ketika aku dapat job iklan itu aku langsung kepikiran kamu untuk jadi salah satu model iklannya, karena aku pengen kamu bisa menjadi bagian dari dunia aku, aku pengen shootingnya di Bali karena aku bisa ketemu ama kamu, sama-sama dengan kamu, tapi yang aku temuin cuma lelah” lalu dia beranjak pergi.
“Ryu, im sorry I didnt mean to hurt you, im sorry if i make u cry” shitt aku memaki diriku sendiri.
Semenjak itu ada yang kosong, kamu mulai menjauh ketika aku ke Aussie aku ingin mendengar ketawamu, apakah kamu baik-baik saja, tapi teleponku selalu direject, ym, e-mail, smspun tidak dibalas, aku cuma bilang mau minta maaf. Tapi ketika melihat akun facebookmu, u look so happy with your life dengan orang-orang yang menyayangimu, setidaknya itu bisa membuat aku sedikit tenang.
Maaf untuk tidak pernah tegas menyatakan perasaanku padamu, maaf karena egoku selalu menahanku, selalu ada sebab akibat dengan tindakanku selama ini, kenapa aku selalu menjaga sikap, menjaga jarak untuk tidak terlalu larut denganmu karena kamu tau ketika umur enam tahun aku diangkat oleh om dan tante kamu sebagai anak angkat, dulu aku anak jalanan yang besar di kuta tak terurus yang bisanya minta-minta, sampai tak segan mencopet, dan akupun kena batunya karena yang aku copet ternyata om kamu, aku dijebloskan dipenjara beberapa hari untuk memberi efek jera, setelah itu om kamu membebaskanku, ketika om tau aku anak yatim, om mengangkatku sebagai anak. Mulai saat itu aku tinggal bersama om dan tante kamu, om yang aku panggil ayah mulai mengajariku hal-hal yang positif, bagaimana berusaha untuk berdiri dikaki sendiri, aku disekolahkan dan diberi modal untuk mencari tambahan jajan sendiri, aku jualan asongan dari situ kelak aku bisa beli papan selancar sendiri, dan berinteraksi dengan turis-turis asing yang memperlancar bahasa asingku, hingga aku bisa menguasai tiga bahasa asing, kehidupan anak pantai tak lepas dari ku, dengan bakat surfingku banyak turis-turis yang belajar surfing, diantaranya bule-bule perempuan yang mungkin kamu anggap mereka perempuan yang hilir mudik dalam kehidupanku, aku tau kamu cemburu, wajar. Kamu mengenaliku sedari awal, tau latar belakangku seperti apa, ketika pertama diperkenalkan denganmu, waktu itu kamu sedang berlibur diBali, aku iri karena kamu dikelilingi orang tua yang utuh, om serta tante yang mengasihimu, ketika bertemu pertama kali aku selalu ketus, tapi kamu dengan manik mata jenaka begitu ramah menyambutku, tatapan kamu masa kanak itu membuat aku luluh, kamu tak pernah membedakan dan mempersoalkan aku sebagai saudara angkat, oleh karena itu aku menyayangimu dengan tulus.
Kamu juga merasa nyaman, makanya setiap liburan kamu selalu datang keBali, seperti satelit yang mengitari bumi, kalau kamu lagi ada di Bali, kamu selalu mengikuti kemana aku pergi, surfing, diving, naik motor trail, trekking, semua hal yang memacu adrenallin kamu ikuti, semakin beranjak dewasa aku mulai khawatir, dan mulai memproteksi kamu dari kehidupan anak pantai yang rentan dari kehidupan malam, sex bebas, dan hal negatif lainnya. Mungkin awalnya dari sikap menjaga dan mengasihi kamu secara berlebihan itu yang akhirnya memancing kamu untuk mencintaiku. Kamu mengungkapkannya disuatu sore menjelang senja ketika kita terapung diatas selancar masing-masing menunggu ombak yang bagus. Dan kamu tau aku tidak begitu pandai merangkai kata jika berhadapan denganmu, makanya aku menciummu diantara senja keemasan itu.
Dan Akhirnya Ibu bisa melihat perasaan yang berkembang diantara aku dan kamu, suatu malam ketika kamu kembali ke jakarta ibu mengajakku bicara, intinya menekankan bahwa kamu itu adik aku, sudah sepatutnya aku menjaga dan melindungi kamu seperti adik aku sendiri. Dan sebagai rasa penghargaan dan penghormatanku terhadap Ayah dan Ibu yang sudah mengangkat aku menjadi anaknya, mengangkat harkatku. Aku mencoba memberi batasan terhadap perasaan-perasaanku sendiri, termasuk terhadap kamu.
***

14 Februari 2010 aku ke Jakarta aku ingin bertemu, banyak hal yang ingin ku katakan, tapi aku tidak menemukanmu, kamu bilang kamu sedang ada kerjaan di luar kota, dan aku mencoba berkompromi dengan hal itu, meski ada sepi yang menggigit didalam hati, lalu aku menitipkan seekor anak anjing red poodle mini pada tetanggamu, untuk diberikan kepadamu kalau kamu pulang,  aku tau kamu suka anjing, dan aku ingin berbagi sedikit bahagia, lewat anak anjing itu, karena kita tidak sempat berbagi bahagia ketika aku meraih kemenangan tournament surfingku di Aussie.
*cerita ini pernah dipublikasikan dalam #11projects11days oleh www.nulisbuku.com

Take My Heart


Catatan Sabyan Djayadirengga, Awal Juni 2010

Aku sedang memarkirkan mobilku diparkiran kantor ketika Hiby menelponku untuk kedua kalinya, telepon pertama tadi ketika aku sedang sarapan, dia menceritakan tentang teman kuliahnya di Jakarta Art Institute..
            “She got the talent Byan, lo harus perhitungkan dia”
            “We’ll see okay, gw gak mau kasih harapan dulu” balas gw ke Hiby
            “Yang pasti lo gak bakalan kecewa” ucap Hiby yakin
            “Emang dia siapa elu sih by? Cewe lo?” selidik gw
“hahahaha, gw berharap sih gitu, beneran dia temen gw”
“Teman tapi mesra kali ampe lo reminder gw berulang kali” aku keluar dari mobil, mengeluarkan remote dan memijit tombol lock.
“Teman suerrrr kaga pake TTM-TTM-an, kagak percayaan amat sih lo ama adek sendiri” ujar Hiby sewot.
Wajar aja mengingat track record Hiby dalam urusan cewe.
Dan Brukkkkk
            “Aduh….” aku mendengar suara perempuan didepanku
            “Sorry…sorry” aku buru-buru minta maaf, melihat tasnya terjatuh.
            “Woiii, kenapa lo?” suara cempreng Hiby masih terdengar diseberang sana
            “Udah dulu ya!” aku langsung mematikan handphone
Aku buru-buru mengambil tas yang jatuh bersamaan dengan cewek itu juga berjongkok mengambil tasnya, akhirnya kepala kita saling beradu.
            “Aduh….” aku mendengar cewe itu mengaduh lagi
“I’m sorry, really, really sorry, kamu gak apa-apa?” aku refleks mengusap dahinya yang tadi berbenturan dengan dahi aku.
Dia cuman bengong menatap kelakuanku, dengan manik mata bulat lucu seperti dikomik-komik jepang. Dan jeda beberapa saat itu kita saling terpana dilapangan parkir kantor pagi-pagi.
            “Oh, Im fine” cewe itu berucap keluar dari awkward moment.
            “aku juga tadi buru-buru” dia meraih tasnya
“mau ngambil barang ketinggalan” dia menunjuk mobil yang diparkir disebelah mobilku.
“Oke, bye” dia menggoyangkan tangannya di depanku lalu pergi.
                                                                       ***
Cute, itu yang terbesit di dalam pikiranku lalu beralih ke hal yang lebih penting yaitu masalah pitching di kantor hari ini untuk mencari calon Art Director untuk kantor Advertising dimana aku bekerja.
Bisma, salah satu rekan di team kreatif langsung menyambutku dengan antusias  ketika aku masuk ruang meeting, dia menepuk aku dengan berkas file.
“Thanks God ternyata salah satu dari 3 kandidat Art Director kita adalah cewe, jadi gw gak mati bosan melototin pitching dari laki-laki terus nanti” cerocos Bisma
Aku menggelengkan kepala mendengar cerocosannya Bisma, dan langsung mengambil berkas file yang diberikannya.
            “Dan yang wajib lo tau kandidat cewenya cantik pula, TOP deh” Puji Bisma
“Bisma…Bisma lo kayak gak pernah liat cewe cantik aja, bukannya kerja di dunia advertising yang dekat dengan dunia rekayasa visual udah jadi hal biasa” aku menyindir Bisma sambil memilah berkas di meja.
            “Heran gw dari mulai OB, adek gw ampe elo pada ngomongin kandidat cewe ini”
“lo belom ketemu dia aja lo bisa ngomong gitu, coba aja kalo lo dah ketemu, lo bakal mengakui itu, dan tatapan elo gw yakin gak bakal lepas natap dia”
“Lebay lo” ejek gw
“Nih gw kasih liat aja dulu port folionya” Bisma memperlihatkan macbooknya
Ada web yang etalase karya Ryumanda Aozora terpampang disana.
“Interesting” itu salah satu kalimat yang keluar dari mulutku, gak mau lama-lama berargumentasi karena pitching untuk Art Director sebentar lagi dimulai.
***

Namanya Ryumanda Aozora, dia lulusan Jakarta Art Institute jurusan Dekomvis, diantara 2 kandidat lainnya, dia satu-satunya lulusan lokal institute, selama ini dia kerja freelance, dan terakhir dia jadi asisten art director di advertising agency lain untuk menangani iklan rokok dengan thema adrenalin junkie, sementara yang lain lulusan luar negri, tapi meskipun begitu, Ryu nama panggilannya mampu bersaing dengan 2 pesaingnya dalam pitching kali ini. Dia melakukan tehnik story telling yang mampu membuat kami acceptance.
Gak salah emang kata Hiby, temennya ini memang punya talent. She got something special dan menariknya lagi sebelum pitching, kita pernah tabrakan di parkiran.
Aku cukup kaget ketika dia muncul dari balik pintu ke ruang meeting yang dipakai untuk pitching, dan aku  pikir juga Ryu merasakan hal yang sama, karena dia juga menatapku beberapa lama lalu mengubah bahasa tubuhnya.
Dan sialnya si Bisma benar. Mungkin aku juga lebay. Pesona Ryu dengan oriental Look yang lucu, gesture yang mantap, menampilkan impresi percaya diri yang kuat. Gak heran sedari awal She take my heart.
***
             “Jadi Ryu diterima neyh jadi Art Director di kantor lo?” tanya Hiby malam harinya
            “Yup, She got the job” jawabku ringkas
            “Yes, i knew it, she can do that” seru Hiby excited
            “Thanks a lot, my bro”
“gw lagi yang harus berterimakasih karena lo udah ngajuin temen lo itu jadi art director di kantor gw”
“So lets celebrate it” ajak Hiby
“Lo gabung diacara kita ya minggu siang nanti”
“acara apaan?”
“udah pokoknya gw call elo pas deket acaranya”
“Bukannya Ryu yang harusnya ngundang gw”
“Ryu juga pasti dukung gw kalo gw ngundang lo!”
Hiby menepuk pundak gw
***
Minggu siang aku berangkat ke selesar Jakarta Art Institute, almamaternya Ryu dan Hiby, disana ada acara konser musik amal untuk anak-anak jalanan, hasil konser amal ini nanti dipakai untuk membantu biaya pendidikan mereka. Mereka berdua mengundangku, karena adikku Hibysana Djayadirengga turut berpartisipasi dalam acara konser amal ini, dia memainkan turn table andalannya, iya dia DJ Hiby, karena dulu kuliah jurusan musik.
Crowded atmosphere langsung menyergap ketika hiby mulai main berkaloborasi dengan teman-teman musikus yang lain yang semakin lama mampu membuat hip suasana, terlihat dari gerakan tubuh para penikmat musik dibawah.
Dan ditengah keramaian itu aku mencari Ryu, aku belum melihatnya, dimanakah dia?
Meski di kantor kita sering ketemu, tapi aku tak pernah bosan memperhatikannya, justru sekarang semakin penasaran, ingin melihatnya diluar urusan kantor.
            “Hai Pa Sabyan Djayadirengga” seseorang memanggil dari belakang
            Aku menoleh dan Ryu ada disana membidikan camera dslrnya ke arahku
            “Gotcha..” dia menyeringai riang
            “Hei paparazi, ngambil foto orang sembarangan”
            “memang konsepnya candid camera, akukan seksi dokumentasinya” Ryu mengelak
            “Pa Byan sendirian’ tanya Ryu, kepalanya melirik ke kanan kiri
            “kalau sendiri kenapa? Mau nemenin?” balas ku iseng
            “emang ada jobdescnya ya nemenin general manajer” tanya ryu pura-pura lugu
“Kalau gitu jangan manggil pa, dong, atribut kantornya dilepas dulu, jadi aku bebas minta ditemenin nonton konser”
“Tapi aku harus motret Hiby, taukan meski jadi DJ yang so cool gitu, dia narsis juga”
“cukup tau”  aku mengangguk setuju
“oke kalau begitu” Ryu tersenyum manis
***
“Ryu kamu kenal Hiby dimana?” bukannya beda jurusan” tanyaku ketika kami duduk dibangku yang disediakan di salah satu stand makanan.
Ryu menyeruput teh dalam kemasan botolan, pipinya bersemu merah kepanasan tapi dia tidak mengeluh.
“Dulu aku bantuin desain cover album kompilasinya Hiby trus berlanjut ke job-job selanjutnya, semacam simbiosis mutualisme”
            “hmmm menarik”
“iya kita emang temenan cukup lama, dari mulai teman kampus, teman hang out, teman curhat, teman, fitness, teman arisan…”
“apa, arisan?”
“iya arisan” Ryu mengangguk lalu tersenyum
Dan kayaknya aku gak usah lanjutin minum es teh lagi, liat senyum Ryu aja udah mampu menyejukan hati, dan point pastinya Ryu dan hiby Cuma temenan.
***

Yes, She take my heart
Lepas acara itu kita memang jarang bareng berdua, kalau pergi pasti rame-rame bareng teman kantor kalau enggak bareng Hiby. Dan aku disibukan meeting luar kota, Ryu dengan deadline kantornya. Tapi Ryu seperti terperangkap dalam hati dan pikiran aku. She’s enter my mind and cant find the exit sign.
Tapi aku gak mau terlalu open seperti Bisma atau anak-anak kantor lainnya yang mengejar perhatian Ryu.
Sampai kesempatan itu datang dengan sendirinya 4 bulan kemudian disuatu minggu siang aku gak sengaja ketemu Ryu di tempat praktek temanku, seorang dokter hewan.
Ryu terkejut melihatku keluar dari tempat praktek dokter hewan tapi tidak membawa binatang peliharaan apapun, sementara Ryu membawa anjing mini red poodle miliknya yang diberi nama momo.
“Momo mau divaksin, kalau om Byan lagi ngapain disini?” tanya Ryu sambil memangku momo, seakan mewakili momo bicara padaku.
            “nemenin momo divaksin”
            “hmmmm boong, bu dokter temennya om Byan yah atau pacarnya om Byan?’
“Momo mau tau aza” aku mengelus kepala momo dengan gemas. Gemas ama pemiliknya juga hahaha
***


Aku menunggu Ryu selesai di tempat praktek dokter hewan itu lalu mengajaknya ngopi-ngopi, di kopitiam oey favorit aku didaerah tebet, she’s my lovely coffeetime mate ever and she take my heart.
“Emang kenapa kalo bu dokternya girl friend om Byan, Momo?” tanyaku ketika memangku momo sambil duduk santai di coffee shop. Ryu yang sedang menikmati kopi Indotjinanya langsung menatapku.
“nanti momo jelous” responnya sambil tertawa
Kita berdua tertawa.
Entah kenapa Ryu melancarkan aksi flirting seperti itu ketika bersamaku, sikapnya memang berbeda jika didepanku dibanding dengan teman-teman kantor yang lain bahkan terhadap Hiby, meski mereka tetap bercandanya hancur-hancuran tapi gak pernah mancing-mancing dengan aksi gombal warming seperti akhir-akhir ini yang aku dan Ryu lakukan.
“kalo bu dokter pacarnya om Byan trus ngapain om Byan pergi kencan ama nyokapnya momo disini”
Gukkk…gukkk momo mengibaskan ekornya
“Jadi judulnya ini kencan ya” Ryu memandangku dengan binar mata yang membuatku terpana seperti pertama kali kita bertemu.
“Iya sekarang kita judulnya kencan” Aku mengangguk
“Hmmm…ajakan kencan yang aneh” Ryu tertawa geli, disambut momo yang menggonggong gembira.
*cerita ini pernah dipublikasikan di #11project11days oleh www.nulisbuku.com

Thursday, February 9, 2012

This day i want...

To : @mrtetelepta 
This day i want...
a cup of coffee
my favorite books
cup cakes
comfy sofa
my cute puppy “Baverly”
holding your hands
and have a forehead kisses

Tentang Musim

” Sejak kenal kamu, yang aku tau cuma 1 musim, musim rindu”

” Happiness is where you find it home, Love is the key”