Monday, August 24, 2009

unexpected harvesting

ada pedagang daging yang bercakap-cakap dengan pembelinya.
Pembelinya memohon "Tolong berikan saya daging yang terbaik!"
dengan tersenyum penjual dagingnya berucap "Semua daging yang dijual disini berkualitas terbaik"

membaca jawaban terakhir "semua daging yang dijual disini berkualitas terbaik! " dan baru terasa substansi perjalanan hidup yang hakiki, sekaligus memasuki wilayah-wilayah pencerahan. Serupa dengan pesan tukang daging, semua segi hidup (teman, istri, suami, atasan, bawahan, pekerjaan, tabungan, bahkan termasuk utang-utang yang harus dibayar) sebenarnya sudah yang terbaik. Hanya saja karena kebiasaan manusia untuk mencari, mencari, dan hanya mencari, kemudian hasilnyanya hanya satu: kecewa.

Ada yang mencari dalam waktu dengan keyakinan ; masa depan akan lebih baik, Ada yang mencarinya di tempat : tempat rekreasi lebih menarik. Ada yang mencarinya pada orang ; suami orang lain lebih sabar. Ada yang mencarinya pada barang ; mobil orang lain lebih mewah, ujung-ujungnya bisa ditebak, sementara memang menghadirkan obat kesenangan, setelah itu lagi-lagi kecewa. Dari sinilah kemudian lahir saran berhenti mencari, kemudian melihat dan menyakini semuanya sudah serba terbaik.

Sebagian orang yang sudah berhenti mencari, dan belajar melihat hal-hal serba terbaik masih mengeluh sulit, susah, dan tidak mungkin. Berbagai keluhan yang muncul dari susah konsentrasi, dikendalikan rasa marah, masa lalu yang tidak mendukung, masa depan yang menakutkan, sampai dengan rezeki yang tidak pernah cukup. Ujung-ujungnya sama :kecewa.

Tidak seluruh unsur hidup ini bisa dimengerti. organpun tidak sepenuhnya bisa dikontrol, tidak semua penolakan bisa dikendalikan. Dalam keadaan demikian bisa dimengerti kalau ada yang menulis "mengerti atau tidak mengerti, pohon tetaplah pohon" dengan kata lain bisa dijelaskan atau tidak, bisa dimengerti atau tidak tetap saja kehidupan berjalan sebagaimana adanya.

Ditengah gelapnya lorong pencaharian seperti ini, "Mulailah dengan memberi" Dalam kegiatan memberi kita tidak pernah tau perasaan yang diberi namun pemberi mengalami tahap-tahap pemurnia didalam diri. Sehingga bisa dipahami kalau mereka yang rajin memberi mengalami kejadian sakit dalam frekwensi lebih jarang, temannya lebih banyak, rezekinya lebih mudah.

saat ini hampir semua lingkungan interaksi manusia dimulai dengan niat "mendapat", bila ada segelintir saja yang memulainya dengan memberi, tentulah ia hadir bak penyelamat yang dikagumi. Indahnya kegiatan memberi, ia tidak membuat pemiliknya berstatus bangkrut dalam kehidupan, seperti lilin yang menghidupkan lilin-lilin lain, tugasnya menerangi ruangan menjadi jauh lebih ringan.

Terlebih indah lagi , memberi menjadi obat kecewa terutama kalau setiap kali kita memberi tidak disertai harapan. Tanpa bermaksud menciptakan harapan baru. Panen-panen yang tidak diharapkan unexpected harvesting, itulah buah dari pemberian tanpa harapan. Pemberian memang tidak selalu berbentuk materi. Senyuman, bantuan tangan, perhatian, kesediaan untuk datang, dan masih banyak lagi alternatif yang tersedia, ada yang tertarik mengisi kehidupan dengan memberi?

No comments:

Post a Comment