Thursday, October 13, 2011

Raja Gula Oei Tiong Ham


Pria yang dijuluki Raja Gula Asia Tenggara ini dilahirkan di Semarang tanggal 19 November 1866, sama dengan tahun lahirnya pemimpin China, Dr Sun Yat Sen.

Ayahnya, Oei Tjie-sien (Huáng Zhìxìn) adalah peletak dasar bagi imperium keluarga Oei. Tjie Sien berasal dari daerah Tong An di Fujian, China. Pada 1863 Tjie Sien mendirikan Kongsi dagang Kian-gwan (Jianyuan Gongsi) yang bergerak dalam jual-beli karet, kapuk, gambir, tapioka dan kopi.

Tiong Ham mewarisi kerajaan bisnis Tjie Sien pada 1890 dengan kekayaan senilai 17,5 juta gulden. Di tangannya bisnis didiversifikasi hingga ke jasa pengiriman, kayu, property, sampai opium. Pada 1890-1904, laba Tiong Ham yang mengibarkan bendera Oei Tiong Ham Concern (OTHC) mencapai 18 juta gulden.

Pada peralihan abad memasuki abad ke-20, Tiong Ham telah menjadi orang terkaya di Asia Tenggara dengan kekayaan 200 juta gulden. Cabang bisnisnya menyebar hingga Bangkok, Singapura, Hong Kong, Shanghai, London dan New York. OTHC juga mempunyai properti dan sejumlah pabrik di Jawa, sebuah bank, broker di London dan armada kapal yang terdaftar di Singapura.

Tak seperti kebanyakan pengusaha Tionghoa saat itu, Tiong Ham yang dekat dengan penguasa kolonial mempraktikkan kontrak bisnis dalam menjalankan usahanya. Ini membuatnya tidak populer di karangan pebisnis Tionghoa. Namun, memberinya kekuatan hukum ketika orang yang berutang padanya tak melunasi kewajibannya.
Banyak yang berutang padanya adalah pemilik pabrik gula di Jawa Timur. Dan ketika mereka tak bisa melunasi kewajibannya sebagai efek krisis gula yang terjadi di tahun 1880, Tiong Ham menggunakan haknya sebagai kreditor. Dia mengakuisisi banyak pabrik gula, di antaranya pabrik gula Tanggulangin, yang menjadikannya terkenal dengan sebutan Raja Gula.

Tiong ham tak hanya berhasil sebagai pebisnis. Tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Ia diangkat menjadi pemimpin Tionghoa di Semarang berpangkat Mayor dan sering membantu dalam kegiatan sosial. Tahun 1904, Tiong Ham menjadi orang Tionghoa pertama di Semarang yang memotong thaocang atau kuncir rambut dan berpakaian jas model barat.

Tapi ia tidak sembarangan melakukannya. Untuk itu ia mendapatkan ijin dari Gubernemen Jenderal Hindia Belanda melalui advokatnya Baron van Heeckereen. Tingkahnya itu sempat menjadi buah bibir bahkan dimuat pada surat kabar Bintang Hindia yang terbit di Belanda, juga di koran Bintang Betawi, Pembrita Betawi, Warna Warta dan Pewarta Soerabaia.

Oei Tiong Ham ini pada masa jayanya, tinggal di sebuah rumah yang bisa disebut ISTANA .....di kota Semarang, dan itu bukan satu-satunya istananya, dia juga membangun istana lain di singapura dan di peking untuk anak kesayangannya Oei Hui Lan, belum lagi rumah rumah mewah yang dia miliki di London, Paris dan Amerika.

ISTANA DI SEMARANG

Luas tanah seluas 9,2 hektar, memiliki 200 ruangan, dapur, vila pribadi, 2 paviliun besar dan kebun binatang pribadi. Ia memiliki 40 pembantu dan 50 tukang kebun, uniknya dia membangun tempat beribadah khusus untuk para pembantunya.

RUMAH DI LONDON - hadiah pernikahan untuk putri sulungnya Tjong Lan (kakak Oei Hui Lan)

seluas 2 hektar dengan harga 200.000 Poundsterling pada tahun 1913.

ISTANA HUI LAN DI BEIJING - hadiah dari sang ayah

DIDIRIKAN OLEH RAJA CHINA DARI ABAD 17 UNTUK SEORANG GUNDIKNYA, yang kemudian di beli oleh Hui Lan pada sekitar tahun 1920 dengan harga 100.000 US Dolar, yang kemudian menghabiskan 150.000 US Dolar untuk mendekorasi rumah itu. Istana itu memiliki 200 ruangan, 80 kamar, kolam renang mewah model Eropa.

ISTANA HUI LAN DI SINGAPURA - hadiah sang ayah juga

memiliki 40 kamar tidur dan kolam renang mewah model Eropa.

Oei Tiong Ham meninggal secara mendadak pada tahun 1924 karena serangan jantung, dengan meninggalkan lebih dari 18 istri dan anak-anak sejumlah lebih dari 42 orang. Dia meninggalkan harta yang jumlahnya sekitar 200 juta Gulden Belanda. Istri sahnya yang pertama (Ibu Hui Lan) mendapatkan 12 juta US Dollar, Tjong Lan Putri sulungnya mendapatkan hanya 1 juta US Dollar, dan Oei Hui Lan mendapatkan 15 juta US Dollar, Perusahaannya dibagi kepada Lucy Ho (gundik kesayangannya), dan dua anak lainnya dari dari istri lain. 6 putra lainnya mendapatkan saham di beberapa anak perusahaannya dan 33 anak lainnya mendapat jaminan sosial seumur hidup bersama dengan gundik gundiknya yang lain. Keputusan itu menimbulkan percekcokan bagi anak anak yang hanya mendapat jaminan sosial seumur hidup, setelah melalui gugatan melalui pengadilan, akhirnya setiap anak mendapatkan 400.000 Gulden.

Namun kekayaan Oei Tiong Ham akhirnya habis , sebagian di masa penjajahan Jepang dan hancur di masa pimpinan Soekarno karena perusahaannya dianggap memiliki aset saham bekerja sama dengan Belanda sehingga dalam proses nasionalisme masa kemerdekaan, aset asetnya di ambil alih secara paksa oleh pemerintah, yang sekarang menjadi PT.Rajawali Nusantara Indonesia sebuah BUMN.

Tragis ya...

Istana di semarang sekarang jadi museum


Ruangan dalam istana Semarang


Istana Singapura sekarang jadi kampus


Inside Istana di Singapura yang jadi kampus

2 comments:

  1. Info yang sangat bagus dalam sejarah Indonesia..

    ReplyDelete
  2. iya salah satu pebisnis sukses yang pernah ada, menjadi bagian sejarah di Indonesia:)

    ReplyDelete